BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku sekarang ini, memerlukan strategi
baru terutama dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang
sebelumnya lebih banyak didominasi oleh peran guru (teacher centered)
diperbaharui dengan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered). Dalam implementasi KTSP guru harus mampu memilih dan menerapkan
model, motode atau setrategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
materi sehingga mampu mengembangkan daya nalar siswa secara optimal.Dengan
demikian dalam pembelajaran guru tidak hanya terpaku dengan pembelajaran di
dalam kelas, melainkan guru harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan motode
yang variatif.
Disamping
itu sesuai dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif dan
Menyenangkan), guru harus mampu menghadapkan siswa dengan dunia nyata sesuai
dengan yang dialaminya sehari-hari.
Salah
satu setrategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan Pakem yang
memungkinkan bisa mengembangkan kreativiats, motivasi dan partisipasi siswa
dalam pembelajaran adalah dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar. Hal ini juga sesuai dengan salah satu pilar dari pendekatan
contekstual yaitu masyarakat belajar (learning commonity). Untuk mencapai
tujuan tersebut, salah satu cara belajar yang disarankan dalam KTSP sebagai
upaya mendekatkan aktivitas belajar siswa pada berbagai fakta kehidupan
sehari-hari di sekitar lingkungan siswa. Memanfaatkan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar menjadi alternatif setrategi pembelajaran untuk
memberikan kedekatan teoritis dan praktis bagi pengembangan hasil belajar siswa
secara optimal. Ekowati (2001) mengatakan, memanfaatkan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar merupakan bentuk pembelajaran yang berfihak pada pembelajaran
melalui penggalian dan penemuan (experiencing) serta keterkaitan (relating)
antara materi pelajaran dengan konteks pengalaman kehidupan nyata melalui
kegiatan proyek. Pada pembelajaran dengan setrategi ini guru bertindak sebagai
pelatih metakognitif yaitu membantu pebelajar dalam menemukan materi belajar,
mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan dalam pembuatan laporan dan dalam
penampilan hasil dalam bentuk presentasi.
Dari
hasil pantauan penulis, selama ini para guru masih sangat jarang memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Lingkungan sekolah tidak lebih hanya
digunakan sebagai tempat bermain-main siswa pada saat
istirahat. Kalau tidak jam istirahat, guru lebih sering memilih mengkarantina
siswa di dalam kelas, walaupun misalnya siswa sudah merasa sangat jenuh berada
di dalam kelas.
Seperti
observasi awal yang dilakukan di SDN Pakujajar CBM guru-guru di sekolah
tersebut memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar hanya dua
sampai tiga kali dalam satu semester. Guru lebih sering menyajikan pelajaran di
dalam kelas walaupun materi yang disajikan berkaitan dengan lingkungan sekolah.
Dari wawancara yang dilakukan penulis, guru mengaku enggan mengajak siswa
belajar di luar kelas, karena alasan susah mengawasi. Selain itu ada guru yang
menyampaikan bahwa mereka tidak bisa dan tidak tahu dalam memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Untuk
mengatasi hal itu perlu adanya diskusi kelompok diantara para guru kelas dalam
bentuk KKG untuk mendiskusikan masalah pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar.
Dalam
kegiatan diskusi tersebut para guru bisa membagi pengalaman dalam pemanfaatan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk mencapai hasil belajar yang
optimal. Penelitian Nur Mohamad dalam Ekowati (2001) menunjukkan diskusi
kolompok memiliki dampak yang amat positif bagi guru yang tingkat pengalamannya
rendah maupun yang tingkat pengalamannya tinggi.
Bagi
guru yang tingkat pengalamannya tinggi akan menjadi lebih matang dan bagi guru
yang tingkat pengalamannya rendah akan menambah pengetahuan. Keunggulan diskusi
kelompok melalui KKG adalah keterlibatan guru bersifat holistic dan
konprehensip dalam semua kegiatan. Dari segi lainnya guru dapat bertukar pendapat,
memberi saran, tanggapan dan berbagai reaksi sosial dengan teman seprofesi
sebagai peluang bagi mereka untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman.
B.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
latar belakang tersebut di atas, serta hasil pengamatan penulis melalui
observasi dilapanngan maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran lebih banyak didominasi oleh peran guru, dan guru satu-satunya sumber belajar,selain buku paket.
1. Pendekatan pembelajaran lebih banyak didominasi oleh peran guru, dan guru satu-satunya sumber belajar,selain buku paket.
2.
Pembelajaran yang dikembangkan di kelas – kelas kelihatannya lebih ditekankan
pada pemikiran reproduktif, menekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban
benar terhadap soal-soal yang diberikan
3.
Dalam kegiatan pembelajaran guru belum
mampu menerapkan model, motode atau setrategi pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik materi yang diajarkan sehingga kurang mengembangkan daya nalar
siswa secara optimal.
4.
Dalam proses pembelajaran guru sangat jarang memanfaatkan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar,walaupun materi pelajaran ada kaitannya dengan
lingkungan sekolah.
5.
Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) belum dimanfaatkan dan dilaksanakan secara
optimal.
Berdasarkan
identifikasi permasalahan di atas,maka tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menggali pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar melalui
kegiatan diskusi Kelompok Kerja Guru (KKG) di SDN Pakujajar CBM.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PERAN
LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN
Perubahan perilaku pada dasarnya
dipengaruhi oleh pendidikan yang ia terima sepanjang hayatnya, pendidikan ini
bukan saja sebatas yang formal seperti sekolah atau kursus-kursus namun dalam
arti luas artinya segala sesuatu yang diterima manusia melalui panca indera itu
menjadi bagain dari pendidikan. Melihat, mendengar, merasa, dan meraba
merupakan komponen penting dalam pendidikan, dan itu sangat-sangat mudah ia
dapatkan dari lingkungan, baik lingkungan pendidikan formal atau non
formal.
Semenjak terlahirnya teori
behaviouristik oleh Pavlov, maka sejak itu pula pemahaman bahwa perilaku
manusia dipengaruhi juga oleh lingkungan menjadi dibuktikan kebenarannya secara
ilmiah. Jadi wajar apabila Soekarno pernah berkata lantang “Berikan aku sepuluh
pemuda maka akan aku mengubah dunia!” ungkapan itu tampak PD memang, namun
beralasan.
Secara psikologi, memang
lingkungan juga berperan penting dalam perilaku manusia khususnya sekolah, sebab
dari sinilah perlakukan-perlauan yang terus menerus dan terstruktur masif
diberikan kepada anak, sehingga anak diharapkan dapat merubah perilakunya
sesuai yang diharapkan. Sekolah yang telah memberikan lingkungan yang menunjang
bagi kesuksesan pendidikan maka sekolah itu secara langsung dan tidak langsung
memberikan sentuhan perlakuan kepada anak. Lingkungan itu meliputi 1) fisik
seperti bangunan, alat, sarana, dan gurunya kemudian 2) non fisik yaitu
kurikulum, norma, dan pembiasaan nilai-nilai kehidupan yang terlaksana di
sekolah itu.
Namun ingat, lingkungan memang
berperan tetapi faktor genital juga memberikan pengaruh, setidaknya pada
bakat. Tentang bakat, banyak orang yang sukses terkadang disebabkan oleh
faktor bakat meski 1% dan yang lain itu adalah kerja keras begitu
Saichiro Honda mengatakan, namun jelas bakat sangat berperan juga.
1. Lingkungan
Pekarangan Sekolah yang Nyaman
Bagi
para siswa, tentunya kegiatan belajar mengajar memerlukan lingkungan pekarangan
sekolah yang nyaman, bersih, dan cukup pepohonan. Tidak itu saja, bagi para
siswa lingkungan dengan taman bermain yang tercukupi akan membuat tumbuh
kembang anak menjadi baik dan menyenangkan. Hal ini juga sesuai dengan
dasar-dasar pendidikan yang memang dibutuhkan oleh siswa. Bukankah lebih baik
bermain-main sambil belajar, daripada belajar sambil main-main?
2.
Apa saja syarat-syarat lingkungan sekolah yang nyaman?
a. Lapangan bermain
Fasilitas lapangan bermain adalah sesuatu hal yang sangat
penting bagi kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya yang berhubungan
dengan ketangkasan dan pendidikan jasmani. Selain itu lapangan bermain juga
dapat digunakan untuk kegiatan bermain siswa, kegiatan upacara/apel pagi, dan
kegiatan perayaan/pentas seni yang memerlukan tempat yang luas.
b. Pepohonan rindang
Semakin pesatnya pertumbuhan sebuah daerah menyebabkan
pepohonan rindang habis ditebangi untuk dijadikan bangunan, terlebih jika harga
tanah ikut melonjak naik. Inilah yang menjadikan jumlah oksigen berkurang.
Oksigen adalah salah satu pendukung kecerdasan anak. Kadar oksigen yang sedikit
pada manusia akan menyebabkan suplai darah ke otak menjadi lambat, padahal
nutrisi yang kita makan sehari-hari disampaikan oleh darah ke seluruh tubuh
kita. Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di lingkungan pekarangan
sekolah dan lingkungan sekitar sekolah.
c. Sistem sanitasi dan sumur resapan air
Sistem sanitasi yang baik adalah syarat terpenting sebuah
lingkungan layak untuk ditinggali. Dengan sistem sanitasi yang bersih, maka
seluruh warga sekolah akan dapat lebih tenang dalam mengadakan proses belajar
mengajar. Selain itu diperlukan juga sistem sumur resapan air untuk mengaliri
air hujan agar tidak menjadi genangan air yang dapat menjadikan kotor
lingkungan sekolah, atau bahkan membahayakan apabila didiami oleh jentik-jentik
nyamuk.
d. Tempat pembuangan sampah
Sampah adalah salah satu musuh utama yang mempengaruhi
kemajuan suatu peradaban. Semakin bersih suatu tempat, maka semakin beradab
pula orang-orang di tempat itu. Terbukti dari kesadaran penduduk-penduduk di
negara maju yang sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dalam masalah
sampah di sekolah, perlunya ditumbuhkan kesadaran bagi seluruh warga sekolah
untuk turut menjaga lingkungan. Caranya adalah dengan menyediakan tempat pembuangan
sampah berupa tong-tong sampah dan tempat pengumpulan sampah akhir di sekolah,
dan memberikan contoh kepada siswa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya.
e. Lingkungan sekitar sekolah yang mendukung
Adanya kasus di beberapa daerah, misalnya lingkungan sekolah
yang dekat dengan pabrik yang bising dan berpolusi udara, atau lingkungan
sekolah yang berada di pinggir jalan raya yang selalu padat, atau bahkan
lingkungan sekolah yang letaknya berdekatan dengan tempat pembuangan sampah
atau sungai yang tercemar sampah sehingga menimbulkan ketidaknyamanan akibat
bau-bau tak sedap. Kasus-kasus tersebut adalah kasus yang perlu penanganan
langsung dan serius dari pemerintah. Lingkungan sekitar sekolah yang seperti
itu akan dapat menyebabkan siswa cenderung tidak nyaman belajar, atau bahkan
penurunan kualitas kecerdasan akibat polusi tersebut. Karena itulah sudah
saatnya pemerintah memperhatikan generasi penerusnya ini, karena beberapa kasus
terjadi malah diakibatkan pemerintah itu sendiri. Contohnya, sebuah sekolah
yang sudah berada di lingkungan yang mendukung, tapi tiba-tiba harus merasakan
imbas dari pembangunan proyek di sekitar sekolah itu akibat pemerintah yang
tidak mengindahkan sistem tata kota yang sudah ada.
f. Bangunan sekolah yang kokoh dan sehat
Banyak sekali adanya kasus tentang bangunan sekolah yang
roboh di Indonesia. Entah itu karena bangunannya sudah tua, ataupun bangunan
baru yang dibangun dengan asal-asalan. Ini juga adalah kewajiban pemerintah
untuk mengatasinya. Karena bangunan sekolah sudah semestinya dibangun dengan
kokoh dan memiliki syarat-syarat bangunan yang sehat, seperti ventilasi yang
cukup dan luas masing-masing ruang kelas yang ideal.
Mungkin banyak sekali syarat-syarat lingkungan sekolah
yang nyaman, tapi keenam poin di atas sudah cukup untuk menjadikan suasana
belajar dan mengajar yang menyenangkan bagi siswa dan gurunya.
B. Konsep Sumber Belajar
1. Apa sumber belajar itu?
Sumber belajar
(learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam
belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah
peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
2. Apa fungsi sumber belajar?
Sumber belajar
memiliki fungsi :
1.
Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a)
mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih
baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat
lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
2.
Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih
individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional;
dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannnya.
3.
Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran
dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan
(b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4.
Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a)
meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara
lebih kongkrit.
5.
Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi
kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan
realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya
langsung.
6.
Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan
menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi di
atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar
untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa
3. Ada berapa jenis sumber belajar?
Secara garis
besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
1.
Sumber
belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni
sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen
system Intruksional untuk memberikan fasiltas belajar yang terarah, menyeluruh,
dan bersifat formal .
2.
Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by
utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan
pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran
Dari kedua jenis
sumber belajar diatas maka sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan:
informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2)
orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan
lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film,
slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca,
komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer,
radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor,
alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi,
seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa,
diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas,
studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan
sebagainya.
4. Apa kriteria memilih sumber
belajar?
Dalam memilih
sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1) ekonomis:
tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis: tidak memerlukan pengelolaan
yang rumit, sulit dan langka; (3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar
lingkungan kita; (4) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan
instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian
tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.
5. Bagaimana memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar?
Lingkungan
merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai
yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat
memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri
dari : (1) lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial
dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan
lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam
dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi
dalam memlihara dan melestarikan alam.
Pemanfaatan
lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta
didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan
dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran dengan
apa yang disebut out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran
dengan menggunakan alam terbuka.
Di samping itu
pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan kedalam
kelas, seperti : menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam
kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka
perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya.
6. Bagaimana prosedur merancang
sumber belajar?
Secara skematik,
prosedur merancang sumber belajar dapat mengikuti alur sebagai berikut:
G. Bagaimana mengoptimalkan sumber
belajar?
Banyak orang
beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang
tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-ujungnya akan
membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar
lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan
sumber belajar yang sederhana dan murah. Misalkan, bagaimana guru dan siswa
dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak berserakan di sekolah
dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas kemasan sering luput
dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas, bahan-bahan bekas yang
biasanya dibuang secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi
sumber belajar yang sangat berharga. Demikian pula, dalam memanfaatkan sumber
lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh dengan biaya
yang mahal,pergunakan lingkungan yang ada atau yang berdekatan dengan sekolah
dan rumah pun dapat dijadikan sebagai
sumber belajar yang dapat menyenangkan dan dapat dioptimalkan menjadi sumber
belajar yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa. Tidak sedikit
sekolah-sekolah di kita yang memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas,
namun keberadaannya seringkali tidak dimanfaatkan malahan tidak terpeliharasehingga
lahan tak ada manfaatnya dan tidak , padahal lahan itu kalau digunakan didesain
sebaik mungkin dapat menjadi sumber belajar berharg bagi dunia pendidikan
khususnya.
Belakangan ini di
sekolah-sekolah juga mulai dikembangkan
bentuk pembelajaran dengan menggunakan internet, sehingga siswa “dipaksa” untuk
menyewa internet –yang memang ukuran Indonesia pada umumnya-, masih dianggap
relatif mahal. Kenapa tidak disediakan dan dikelola saja oleh masing-masing sekolah?
Mungkin dengan cara difasilitasi oleh sekolah hasilnya akan jauh lebih efektif
dan efisien, dibandingkan harus melalui rental ke WarNet. Bukankah sekarang ini
sudah tersedia paket-paket hemat untuk berinternet yang disediakan para
provider?
C. METODE DISKUSI
Diskusi adalah percakapan ilmiah yang
berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang
dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu untuk mencari
kebenaran.
Banyak masalah yang terjadi di lingkungan
murid yang memerlukan pembahasan oleh lebih dari seorang saja, yakni terutama
masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan musyawarah.
Jika demikian musyawarah atau diskusi
jalan pemecahan yang memberi kemungkinan mendapatkan penyelesaian yang terbaik.
Metode diskusi adalah metode
mengemukakan pendapat dalam musyawarah untuk mufakat. Dengan demikian inti dari
pengertian diskusi adalah meeting of minds.
Didalam memecahkan masalah diperlukan
bermacam-macam jawaban. Dari jawaban tersebut dipilihkan satu jawaban yang
lebih logis dan lebih tepat dan mempunyai argumentasi yang kuat, yang menolak
jawaban yang mepunyai argumentasi lemah.
Memang dalam diskusi untuk memperoleh pertemuan pendapat diperlukan
pembahasan yang didukung oleh argumentasi, argumentasi kontra argumentasi.
D.Standar Pengembangan
Kelompok Kerja Guru (KKG)
Undang-undang RI
Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mempersyaratkan guru untuk: (i)
memiliki kualifikasi akademik minimum S1/D4;, (ii); memiliki kompetensi sebagai
agen pembelajaran yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional; dan (iii) memiliki sertifikat pendidik. Dengan berlakunya
Undang-undang ini diharapkan memberikan suatu kesempatan yang tepat bagi guru
untuk meningkatkan profesionalismenya melalui pelatihan, penulisan karya
ilmiah, pertemuan di Kelompok Kerja Guru (KKG), Dengan demikian KGMP memiliki
peran penting dalam mendukung pengembangan profesional guru.
Tujuan dilaksanakannya Kelompok Kerja Guru (KKG) adalah :
1.
Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal, khususnya
penguasaan substansi materi pembelajaran, penyusunan silabus, penyusunan
bahan-bahan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran,
memaksimalkan pemakaian sarana/prasarana belajar, memanfaatkan sumber belajar.
2.
Memberi kesempatan kepada anggota Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk berbagi
pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik.
3.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta mengadopsi pendekatan
pembaharuan dalam pembelajaran yang lebih professional bagi peserta Kelompok
Guru Mata Pelajaran (KGMP).
4.
Memberdayakan dan membantu anggota Kelompok Kerja Guru (KKG) dalam melaksanakan
tugas-tugas pembelajaran di sekolah.
5.
Mengubah budaya kerja anggota Kelompok Kerja Guru (KKG) (meningkatkan
pengetahuan, kompetensi dan kinerja) dan mengembangkan profesionalisme guru
melalui kegiatan-kegiatan pengembangan profesionalisme di tingkat KGMP.
6.
Meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran yang tercermin dari
peningkatan hasil belajar peserta didik.
7.
Meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan-kegiatan di tingkat Kelompok
Kerja Guru (KKG)
BAB III
PEMBAHASAN
Sebagaimana telah dijelaskan dalam kajian
teori, sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa
data, orang dan wujud yang dapat
digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara
terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau
mencapai kompetensi tertentu.
Sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1)
pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya
(2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat,
pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi,
film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi,
arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer,
radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor,
alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi,
seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa,
diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas,
studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan
sebagainya.
Lingkungan sekolah merupakan salah satu
sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga
dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan
belajar. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri
dari : (1) lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial
dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan
lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam
dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi
dalam memlihara dan melestarikan alam.
Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh
dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan,
seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan
belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut
out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan
alam terbuka.
Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat
dilakukan dengan cara membawa lingkungan kedalam kelas, seperti : membawa anak
keluar dari kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan
efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta
tindak lanjutnya.
Dalam rangka memperluas
wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal, khususnya penguasaan substansi
materi pembelajaran, penyusunan silabus, penyusunan bahan-bahan pembelajaran,
strategi pembelajaran, metode pembelajaran, memaksimalkan pemakaian
sarana/prasarana belajar, memanfaatkan sumber belajar, maka perlu dilakukan
diskusi antara Kelompok Kerja Guru untuk memanfaatkan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar.
BAB IV
KESIMPULAN
Prestasi belajar di sekolah tidak hanya
dipengaruhi oleh bagaimana anak-anak giat belajar dan dapat memahami pelajaran
di sekolah, tapi juga kondisi lingkungan sekolahnya yang mendukung. Lingkungan
sekolah yang nyaman dan bersih dapat mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, anak-anak
menjadi lebih sehat dan dapat berpikir secara jernih, sehingga dapat menjadi
anak-anak yang cerdas dan kelak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat
dilakukan dengan cara membawa lingkungan kedalam kelas, seperti : membawa anak
keluar dari kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan
efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta
tindak lanjutnya.
Dalam rangka memperluas
wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal, khususnya penguasaan substansi
materi pembelajaran, penyusunan silabus, penyusunan bahan-bahan pembelajaran,
strategi pembelajaran, metode pembelajaran, memaksimalkan pemakaian
sarana/prasarana belajar, memanfaatkan sumber belajar tersebut, maka perlu
dilakukan diskusi antara Kelompok Kerja Guru untuk memanfaatkan lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Direktorat
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.2008. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar.
Materi Diklat Calon Pengawas Sekolah/Pengawas Sekolah. Jakarta.
2.
BPTP
Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, (2004), Pengantar Model Pemelajaran,
http://www.bptdisdik-jabar.go.id.
3.
Depdiknas,
(2003), Ketentuan Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Depdiknas Ditjen
Dikdasmen.
4.
Depdiknas,
(2005), Paket Pelatihan Lanjutan untuk Sekolah dan Masyarakat (Paket Pelatihan
CLCC UNICEF - UNESCO), Jakarta: Depdiknas Ditjen Dikdasmen.
5.
Depdiknas,
(2003), Pembelajaran yang Efektif, Puskur Balitbang Depdiknas Ditjen Dikdasmen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar